“Arunika” Jadi Serial Indonesia Paling Banyak Ditonton di Netflix Asia Tenggara 2025, Lampaui Rekor “The World Between Us”

Jakarta, 15 Juli 2025 – Serial drama Indonesia terbaru berjudul “Arunika”, garapan sutradara visioner Angga Dwimas Sasongko, sukses besar di kancah regional dengan menjadi serial paling banyak ditonton di Netflix Asia Tenggara selama dua pekan berturut-turut. Dirilis secara global pada 1 Juli 2025, serial ini kini telah ditonton lebih dari 23 juta akun hanya dalam 14 hari – mengalahkan serial Taiwan terkenal “The World Between Us” yang sebelumnya mendominasi.

Kesuksesan ini mengukuhkan posisi Indonesia sebagai kekuatan baru dalam industri streaming entertainment Asia, sekaligus membuka babak baru untuk ekspor cerita lokal yang kuat, emosional, dan relevan secara internasional.


Cerita yang Menyentuh Isu Sosial, Cinta, dan Trauma Keluarga

“Arunika” merupakan kisah emosional seorang wanita muda bernama Anya Arunika (diperankan oleh Chelsea Islan), jurnalis investigatif yang kembali ke kampung halamannya di Banyuwangi setelah kematian mendadak ibunya. Di balik kematian sang ibu, Anya menemukan serangkaian rahasia keluarga, luka masa kecil, dan konflik agraria yang melibatkan perusahaan besar tempat ayah tirinya bekerja.

Serial ini tidak hanya menawarkan drama keluarga yang kompleks, tetapi juga menyuarakan isu-isu penting seperti korupsi agraria, relasi kuasa, trauma generasi, dan peran perempuan di media. Semua ini dibalut dalam alur yang intens, sinematografi yang puitis, dan musik latar yang menggugah emosi, digubah oleh Aksan Sjuman.


Pemeran dan Penampilan yang Menawan

Chelsea Islan menuai banyak pujian atas peran intens dan transformatifnya sebagai Anya. Kritikus menyebut ini sebagai akting terbaik dalam kariernya, yang menggabungkan kelembutan dan kekuatan dalam satu karakter yang sangat manusiawi.

Serial ini juga menampilkan deretan aktor papan atas seperti:

  • Reza Rahadian sebagai Damar, aktivis lingkungan misterius yang menjadi aliansi rahasia Anya.

  • Christine Hakim sebagai Bu Nindya, kepala desa perempuan yang menyimpan kunci sejarah konflik lahan.

  • Adipati Dolken sebagai Raditya, kakak tiri Anya yang terjebak dalam dilema moral.

Chemistry antar karakter, terutama antara Chelsea dan Reza, menjadi topik perbincangan hangat di media sosial dan forum-forum film.


Respon Internasional dan Kritik Positif

Media asing seperti The Straits Times, South China Morning Post, dan The Hollywood Reporter memberikan ulasan positif untuk “Arunika”, menyebutnya sebagai “a new standard of Southeast Asian storytelling”.

Rotten Tomatoes Asia memberikan skor 92%, sementara IMDb memberi rating 8.7/10 – angka tinggi untuk serial Asia Tenggara yang ditayangkan secara global.

Salah satu episode paling viral, yaitu Episode 4: “Tanah Warisan”, sempat masuk Top 10 Trending Topics di Twitter X Asia, setelah ditayangkan adegan konfrontasi emosional antara Anya dan ayah tirinya yang dimainkan oleh Tio Pakusadewo.


Dampak Budaya dan Gerakan Sosial

Yang menarik, efek dari serial ini tidak berhenti di layar. Banyak penonton yang tergerak untuk mendiskusikan isu agraria dan perempuan dalam jurnalisme di forum-forum aktivisme dan akademik. Di Universitas Gadjah Mada, diskusi publik bertajuk “Arunika dan Wajah Konflik Lahan di Indonesia” dihadiri oleh lebih dari 700 peserta daring dan luring.

Tagar seperti #JanganRampasTanahKami dan #PerempuanBeraniBersuara juga menggema kembali di media sosial, seiring dengan munculnya narasi empatik dari serial tersebut.


Industri Film Bergerak Cepat

Melihat kesuksesan “Arunika”, Netflix Indonesia telah menyetujui pengembangan Season 2 yang akan mulai syuting pada akhir 2025. Produser eksekutif serial ini, Shanty Harmayn, mengatakan bahwa dunia “Arunika” akan diperluas, termasuk pengenalan karakter-karakter baru dari kawasan Indonesia Timur dan konflik politik yang lebih kompleks.

Sementara itu, platform streaming lainnya seperti Prime Video dan Disney+ Hotstar juga dikabarkan tengah memproduksi konten orisinal dari Indonesia, menandakan kompetisi baru dalam pasar konten lokal berkualitas tinggi.


Penutup: Arunika dan Harapan untuk Sinema Indonesia

“Arunika” telah membuktikan bahwa cerita lokal bisa berbicara global, asalkan digarap dengan niat, kedalaman, dan keberanian. Serial ini bukan hanya hiburan semata, tapi juga cermin yang memantulkan wajah masyarakat, lengkap dengan luka, harapan, dan perjuangan yang otentik.

Di tengah gempuran konten internasional, karya seperti “Arunika” memberi semangat baru bahwa Indonesia mampu menjadi pusat narasi penting Asia, dengan cerita-cerita yang membekas di benak penontonnya, dari Jakarta hingga Singapura, dari Hanoi hingga Manila.