Perkembangan Ekonomi Global di Negara Berkembang: Tantangan Perlambatan Pertumbuhan dan Peluang Investasi Menjanjikan

Berita Dunia Ekonomi Global – Industrialskyworks

🌍 Gambaran Ekonomi Global dan Tren Negara Berkembang

Menurut laporan terbaru dari Bank Dunia dan UNCTAD:

  • Pertumbuhan global melemah menjadi 2,3–2,4% pada tahun 2025, turun dari 2,9% di tahun 2024 Wikipedia+15World Bank+15greenfdc.org+15.

  • Investasi langsung asing (FDI) global menyusut 11% pada tahun 2024 menjadi US$1,5 triliun. FDI ke negara berkembang hanya tumbuh tipis (+0,2%) menjadi US$867 miliar, dengan Asia mengalami penurunan FDI sebesar 3% (menurun dari US$622 miliar menjadi US$605 miliar) UN Trade and Development (UNCTAD)+1greenfdc.org+1.

Perlambatan ini memperlemah kapasitas negara berkembang dalam menciptakan lapangan kerja, meningkatkan per kapita income, dan mengurangi kemiskinan ekstrem World BankWorld Bank.


📌 Peluang Investasi yang Menjanjikan

1. Sektor Infrastruktur dan Energi Hijau

  • Investasi infrastruktur terbukti menjadi pilihan defensif yang stabil dalam kondisi pasar global tidak pasti. Permintaan meningkat pada proyek air bersih, transportasi, telekomunikasi, dan energi terbarukan MoneyWeek.

  • Inisiatif investasi seperti Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) oleh G7 dan program seperti EU Global Gateway membuka peluang lebih besar bagi negara berkembang untuk menarik proyek infrastruktur hijau dan digital Wikipedia.

2. Ekonomi Digital dan Pasar Modal

  • UNCTAD menyebut digital economy sebagai tren utama investasi global. Sektor seperti data center, fintech, AI, dan e-commerce makin menarik bagi investor United Nations iLibraryUN Trade and Development (UNCTAD).

  • Menurut IFC, negara-negara berpenghasilan rendah mencatat pertumbuhan modal pasar (capital market financing) lebih tinggi ketimbang pembiayaan bank, dengan peningkatan signifikan jumlah perusahaan yang mencatat saham sejak tahun 2000 (~300%) IFC.

3. Investasi ESG & Big Data

  • Studi akademis terbaru menunjukkan bahwa adopsi big data dan pengembangan pasar modal mempercepat investasi ESG dalam negara-negara berkembang, meskipun inflasi menjadi penghambat utama. Pertumbuhan GDP per kapita dan FDI tidak secara langsung menjamin keberlanjutan investasi ESG arXiv.


🌎 Contoh Negara Berkembang & Sektor Unggulan

  • Malaysia menjadi pusat investasi AI dan data center oleh perusahaan global seperti Google, Microsoft, dan ByteDance, mendorong pertumbuhan sektor digital >US$2 miliar masing-masing dan memperkuat posisinya sebagai hub cloud Asia Wikipedia.

  • Brazil bernegosiasi dengan investor global seperti Brookfield dan TPG untuk membentuk dana iklim senilai hampir US$4 miliar guna mendukung proyek teknologi hijau sebelum COP30 2025 Reuters.

  • Kazakstan menarik US$25 miliar FDI di sektor energi terbarukan, pertanian, industri, dan infrastruktur melalui inisiatif seperti Astana International Financial Center (AIFC) yang menawarkan insentif operasi multinasional dan sistem hukum Common Law Wikipedia.


⚠️ Tantangan yang Perlu Diperhatikan

  • Kebijakan proteksi dan ketidakpastian regulasi menjadi hambatan utama. Hingga separuh dari langkah kebijakan FDI di beberapa negara berkembang tahun 2025 bersifat restriktif, yang dapat membuat investor berhati-hati World Bank.

  • Inflasi tinggi dan utang publik yang meningkat dapat memicu risiko fiskal jika tidak dikelola dengan hati-hati World BankWorld BankOECD.

  • Ketimpangan investasi regional: Beberapa wilayah menerima investasi lebih dominan sementara area lain tertinggal, yang melemahkan dampak stimulus ekonomi secara merata.


📊 Ringkasan Peluang Investasi Menurut Sektor

Sektor Investasi Peluang Menonjol di Negara Berkembang
Infrastruktur modern & energi Proyek air, jalan, bandara, telekomunikasi, energi terbarukan
Ekonomi digital & teknologi Data center, fintech, AI, e-commerce, cloud services
ESG & pembiayaan berkelanjutan Investasi iklim, green bonds, big data, sustainability-linked investments
Pasar modal & pembiayaan lokal Obligasi korporat lokal, ekuitas, emisi saham

✅ Kesimpulan

Meskipun menghadapi tantangan pertumbuhan global yang melambat dan tekanan kebijakan protektif, negara-negara berkembang tetap menjadi tujuan investasi prospektif. Sektor infrastruktur, ekonomi digital, dan investasi berbasis ESG menawarkan prospek tinggi, terutama bila didukung oleh kebijakan yang stabil, reformasi struktural, dan akses ke modal pasar yang kuat.

Dengan diversifikasi strategi investasi dan reformasi domestik yang tepat, negara berkembang memiliki peluang untuk menciptakan pertumbuhan inklusif, mengurangi ketimpangan, dan membangun ketahanan ekonomi jangka panjang.